Tuesday, 21 April 2015

Sinopsis Ramayana






SAPTA KANDA RAMAYANA
            Ramayana merupakan salah epos yang menceritakan riwayat perjalanan Rama atau yang sering di kenal dengan gelar Ramadewa, Rama sebagai tokoh utama dalam epos tersebut adalah salah satu penjelmaan Dewa Wisnu yang di sebut sebagai Awatara Wisnu yang ke tujuh. Kitab Ramayana ditulis oleh maharsi walmiki yang diperkirakan selesai ditulis tahun 500 SM. Di duga ceritanya telah popular 3100 SM. Oleh karena ceritanya yang sangat menarik, penuh idealisme, pendidikan moral dan kepahlawanan serta dibawakan dengan gaya Bahasa yang baik, menyebabkan Ramayana menjadi sebuah epos yang banyak dipelajari diseluruh dunia, pengaruhnya tersebar hampir di seluruh asia dan dipahatkan sebagai hiasan candi.
             Keahlian Maharsi Walmiki adalah memahami perasaan manusia secara mendalam, walaupun dalam penggambarannya beliau lebih banyak mempergunakan ragam bahasa. Penggambaran social budaya, kondisi politik dan pemerintahan pada masa itu sangat jelas kepada kita. Demikian pula masalah-masalah yang umum dihadapi oleh manusia maupun oles suatu bangsa semua itu digambarkan dalam Ramayana seolah-olah benar-benar hidup.
            Di Indonesia Ramayana digubah menjadi bentuk kekawin yang ditulis dengan bahasaa
jawa kuna yang disusun oleh Mpu Yogiswara. Kekawin Ramayana merupakan salah satu karya sastra yang paling besar dan yang paling panjang dalam kesusastraan jawa kuna, kekawin Ramayana adalah jenis sastra yang telah mencapai kesempurnaan yang luar biasa, dengan memakai netrum yang tidak asli ( dari sansekerta) dengan bahan india, dengan norma-norma estetis yang juga berasal dari india, tetapi dikenalkan dan disesuaikan dengan sangat tepat pada Bahasa jawa kuna, dengan lingkungan jawa kuna pula.


            Ramayana terdiri dari tujuh kanda (Sapta Kanda), yaitu:
1.      Bala kanda
2.      Ayodya kanda
3.      Aranyaka kanda
4.      Kiskinda kanda
5.      Sundara kanda
6.      Yudha kanda
7.      Uttara kanda


SYNOPSIS DARI SAPTA KANDA RAMAYANA

1.      Bala Kanda
Menceritakan negeri Kosala dengan ibukotanya Ayodhya yang diperintah oleh raja Desarata. Ia memiliki tiga orang istri namun beliau belum memiliki anak, setelah melakukan suatu upacara yadna, enam musim kemudian lahirlah putra-putra raja Desarata, istri pertama Dewi Kausalya melahirkan Ramadewa sebagai anak tertua, Dewi Kekayi melahirkan Bharata sebagai anak kedua dan Dewi Sumitra melahirkan putra kembar bernama Laksmana dan Satrugna. Pada saat remaja Rama dan Laksmana membantu Rsi Wiswamitra dalam mengusir para raksasa yang mengganggu pertapaan dan selanjutnya Rama mengikuti swyamwara dan berhasil mempersunting Sita putri raja Janaka sebagai istrinya.
2.      Ayodya Kanda
Menceritakan tentang Rama yang akan diangkat jadi raja baru Ayodya, menggantikan ayahnya yang sudah tua. Dasarata diceritakan sangat mencintai Rama, sehingga ia tidak akan bisa hidup tanpa anaknya itu. Namun rencana penobatan rama batal karena Dewi Kekayi atas asutan Mantara menagih dua janji yang pernah diberikan oleh raja Dasarata, janji pertama, agar Bharatalah yang dinobatkan menjadi raja di Ayodhya dan yang kedua ialah mengasingkan Rama ke hutan selama 14 tahun.
Rama yang berbhakti kepada ayahnya pergi memohon ijin kepada ibunya Dewi Kausalya untuk hidup dihutan selama 14 tahun dengan diiringi oleh istrinya Sita dan adiknya Laksmana. Baru Rama memulai hidup di hutan raja Dasarata sakit keras dan akhirnya meninggal. Bharata yang marah dengan perbuatan ibunya kemudian pergi ke hutan untuk mencari kakaknya dan mengajaknya pulang ke Ayodhya namun permintaan adiknya di tolak oleh rama namun sebagai gantinya dibawalah trompah milik Rama sebagai ganti ia memerintah di Ayodhya.
3.      Aranyaka Kanda
Menceritakan keadaan Rama, Sita dan Laksmana di hutan yang berkali-kali membantu pertapa dari serangan para raksasa. Ada seorang raksasi bernama Surpanaka, yang menginginkan Rama dan Laksmana menjadi suaminya. Akibatnya, hidung dan telinga Surpanaka dipotong oleh Laksmana. Dengan menahan sakit dan malu, Surpanaka mengadu kepada kakaknya, yaitu Rahwana yang menjadi raja raksasa di Alengka, sambil membujuk agar Rahwana merebut Sita dari tangan Rama. Dengan bantuan Marica yang mengubah diri menjadi kijang keemasan, Sita berhasil diculik Rahwana dan dibawa ke Alengka. Burung Jatayu yang berusaha menghalangi penculikan sita, tewas oleh senjata Rahwana. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Jatayu masih sempat mengabarkan nasib Sinta kepada Rama dan Laksmana yang sedang mencarinya
4.      Kiskinda Kanda
Menceritakan bertemunya Rama dengan Sugriwa, seorang raja kera yang sedang bertikai dengan saudaranya sendiri yang bernama Subali, Rama berjanji akan menyelesaikan pertikaian antara keduanya dan sebaliknya Sugriwa agar membantu Rama dalam misinya merebut kembali Sita dari tangan Rahwana. Akhirnya Kiskendha pun digempur pada saat Sugriwa dan Subali bertempur, Rama memanah Subali dan akhirnya Subali pun tewas. Sugriwa menjadi raja di Kiskindha dan menjadikan Anggada putra Subali sebagai putra mahkota. Rama kemudian mengutus Hanoman untuk pergi ke kerajaan Alengka untuk menyelidiki bagaimana keadaan Sita.
5.      Sundara Kanda
Menceritakan tentang keadaan Hanoman di kerajaan Alengka yang dapat bertemu dengan Sita dalam keadaan yang selamat, awalnya Sita ragu dengan Hanoman namun setelah diperlihatkan cincin yang diberikan oleh Rama, keraguan Sita pun menjadi sirna. Hanoman menjelaskan bahwa Rama akan datang dan akan menyelamatkan Sita dari ancaman Rahwana, setelah bertemu dengan Sita Hanoman ingin mengetahui seberapa hebatnya Rahwana maka dari itu Hanoman membuat onar di kerajaan Alengka, namun aksi Hanoman dapat dihentikan oleh putra Rahwana yang bernama Indrajit dengan senjata saktinya. Hanoman diikat dengan erat dan dipukul dengan berbagai senjata namun tidak ada pengaruhnya terhadap Hanoman, kemudian ekor Hanoman dibakar, setelah nyala api di ekor Hanoman menjadi besar hanoman pun meloncat ke rumah-rumah di keajaan Alengka sehingga sebagian wilayah kerajaan Alengka terbakar habis. Hanoman pun kembali dan melaporkan keadaan alengka kepada Rama.
6.       Yuddha Kanda
Rama, Laksmana, dan Sugriwa mulai menyusun kekuatan di Kiskenda. Pasukan Sugriwa dikerahkan untuk membantu Rama membawa kembali Sita. Sementara itu, Rawana sedang cemas di Alengka. Ibu kotanya rusak parah karena ulah Hanuman. Alengka adalah kota yang tak tertembus sebelumnya, kedatangan Hanuman sendiri sudah merupakan sesuatu yang luar biasa, ditambah lagi ia mampu memporakporandakan ibukota Alengka, seorang diri. Rawana mengumpulkan orang kepercayaannya dan memulai menyusun strategi untuk mengalahkan Rama. Ia meminta pendapat mereka tentang apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengalahkan Rama yang sedang menyiapkan penyerbuan ke Alengka.
Wibisana adik bungsu Rahwana yang mengingatkan perbuatan kakaknya yang buruk , namun Rahwana menjadi marah dan diusirlah Wibisana oleh Rahwana dan akhirnya Wibisana bergabung dengan pasukan Rama. Rama yang masih berkemah di dekat lautan melakukan pemujaan Kehadapan Dewa Baruna sebagai penguasa lautan agar membantunya dalam menyebrangkan tentara keranya ke kerajaan Alengka, dengan anugrah dari Dewa Baruna sebuah jembatan yang kokohpun dapat dibangun jembatan itu akhirnya di sebut denga jembatan Situbanda. Dengan selesainya jembatan tersebut Rama beserta tentara kera dapat menyeberangi lautan menuju kerajaan Alengka.
Akhirnya pertempuranpun pecah antara kubu Rahwana dan Rama, dalam peertempuran anak kebanggaan Rahwana, Indrajit tewas, Rahwanapun sangat bersedih oleh karena itu ia membangunkan adiknya yang bernama Kumbakarna, awalnya Kumbakarna tidak mau berperang namun untuk membela tanah airnya Kumbakarna pun menuju ke medan perang dengan gagah berani namun akhirnya Kumbakarnapun tewas.
Rahwana begitu bersedih dengan kematian adiknya, lalu iapun menuju medan perang dan membunuh banyak pasukan Rama, Rama bersiap bertempur dengan Rahwana pertempuran itu berlangsung dengan sengit dan akhirnya Rahwanapun dapat  dibunuh oleh rama. Setelah pertempuuran usai adik rahwana, Wibhisana dinobatkan menjadi raja di kerajaan Alengka dan Sita bertemu kembali dengan Rama.
Rama yang meragukan kesucian istrinya yang telah lama tinggal di kerajaan Alengka, Sita menjadi sangat sedih, untuk membuktikan kesuciannya kemudian Ia menyuruh Laksmana untuk menyusun kayu dan membakarnya. Sita masuk ke dalam api dan berujar kepada Dewa Agni, bahwa jika ia memang suci, maka Dewa Agni akan melindunginya. Ternyata, Sita selamat tanpa suatu cedera apapun.
Rama menyambut Sita dengan penuh sukacita. Ia mengungkapkan kepada Sita bahwa ia terpaksa melakukan tes terhadap kesucian Sita, karena Sita telah begitu lama tinggal bersama Rawana. Jika Rama menerima Sita begitu saja, orang-orang akan menganggap Rama sebagai orang yang dipenuhi nafsu birahi. Padahal ia adalah seorang anak Raja dan paham darma. Akhirnya, Sita dan Rama bisa dipersatukan kembali dan pulang ke Ayodya dengan selamat
7.      Uttara Kanda
Menceritakan tentang Penduduk Ayodya yang mengagumi kekuatan dan keperkasaan Rama yang sanggup mengalahkan kawanan raksasa di Alengka. Ia juga berhasil mengembalikan istrinya yang diculik Rawana. Akan tetapi, mereka merasa heran kenapa Rama mau menerima kembali Sita yang sudah begitu lama ditahan di Alengka. Sita tidak mungkin masih suci dan tidak ternoda oleh raksasa-raksasa itu. Rama yang mendengar bahwa rakyatnya bergunjing soal Sita, terkejut bukan main. Ia mengumpulkan saudara-saudaranya dan menceritakan isi hatinya yang sedih dan kecewa atas penilaian rakyatnya. Akhirnya unuk memberikan contoh yang baik kepad rakyatnya Sita pun di usir dan akhirnya sita menetap di pasraman Maharsi Walmiki dan di sanapula Sita melahirkan dua anak kembar yang selanjutnya diberi nama Kusa dan Lawa, oleh Maharsi Walmiki Kusa dan Lawa diajari ilmu-ilmu dan pengetahuan.
Pada saat Rama mengadakan upacara Aswameda, Kusa dan Lawa hadir di istana dan menyanyikan kisah Ramayana gubahan Maharsi Walmiki. Segera rama mengetahui, bahwa kedua anak tersebut adalah anak kandungnya sendiri. maka dipanggillah Maharsi Walmiki untuk menghantarkan kembali Sita ke istana.
Setibanya di istana Sita bersumpah, janganlah hendaknya raganya diterima bumi seandainya ia memang tidak suci, seketika itu pula bumi terbelah dan muncullah Dewi Pertiwi dengan singasana emas yang didukung oleh ular-ular naga. Sita di peluknya dan dibawanya lenyap ke dalam bumi, Rama sangat menyesal ia pun menyerahkan mahkotanya kepada kedua anaknya dan kembalilah ia ke nirwana sebagai Wisnu.

NILAI PANCA YADNA YANG TERKANDUNG DALAM RAMAYANA
1)      Dewa Yadnya
Gunamanta Sang Dasaratha
Wruh Sira Ring Weda
Bhakti ring  Dewa Tarmalupeng Pitra Puja
Masih Ta Sireng Swagotra kabeh (I.3)
Artinya : sangat bijaksanalah beliau Sang Dasaratha beliau tahu tentang pengetahuan suci Weda bhakti kepada para Dewa, dan tidak pernah lupa pemujaan terhadap leluhur demikian pula kasih sayang sesama makhluk dan keluarganya.

2)      Rsi Yadnya
Semuku patapan mahamuni,
Hana mighnekana yajna sang rsi
Resi satru ya melik ing wiku
Ya pinatyan [n] ira tan pasesa (IV.46)
Artinya : merusak petapaan sang maharesi. Ada yang menggangu upacara korban sang resi. Mereka musuh sang resi yang benci kepada sang wiku. Mereka itulah yang dibunuh oleh beliau tanpa sisa.
Suka sang resi nirbhayeng alas,
ri kadibyan nirang aryya raghawa,
ya matangnya sayogya yan siwin
kita bhagyan yadiyat pare sira. (IV.47)
Artinya :sang resi senang taka da bahaya dihutan. Karena kemuliaan beliau sang arya rama. Itulah sebabnya sudah seyogyanya beliau dijunjung. Anda akan bahagia jika anda pergi menghadap beliau
3)      Manusa Yadnya
Na ling nirometu ta sang wara rajakanya,
Pahyas huwus hana kabeh masekarsugandha,
Mangso manembah I sirangnaranatha kalih,
Lawan sirangnrepatiputra suramabhadra (II.64)
Artinya :dengan kata baginda keluarlahputri raja cantik jelita. Sudah selesai berhias dengan sempurna bersunting kembang yang harum. Datang menyembah kepada sang prabu keduanya. Dan juga putra Ramabadra
Sampun manembah adulursira karwa munggah,
Ngkaneng umah parawangan pada harsacitta,
Merang-[ng] irang hana girang nira yan pasanding
Tan yogya yan wuwus aweh paturu nira ngka (II.65)
Artinya :sesudahnya menyembah bersama-sama beliau berdua naik. Disana di pelaminan kedua-duanya bersenang hati.Agak malu-malu tetapi sesungguhnya merasa senang waktu berdampingan. Tidak baik kalau diceritakan tentang tidur beliau di sana.
4)      Pitra Yadnya
Sinantwa sira de nikang bala kabeh lawan sang ibu,
Hilang lara niralilang hati maho maluy nirmala,
Apan prakerti jati ning dadi kabeh matungtung pati
Ya tekan inangen-angennira hilang ta kingking nira. (II.31)
Artinya : beliau diingkan oleh hamba sahaya beliau semua dan juga oleh ibunya. Lenyap duka citanya terang pikiran beliau bersih kembali suci.Karena sifat kelahiran ini semuanya berakhir dengan kematian.Itulah diingatnya sehinggahilang lah sedihnya.
Kinon ira ta sang baladhika tumunwa sang bhupati,
Masoca ta maweh tilem sira rikang tilem ning wulan
Samapta maharep ta sang bharata meta sang raghawa
Ri satya nira bhakti ring kaka tirun nikang rat kabeh (II.32)
Artinya : rakyatnya yang terkemukaka disuru mebakar jenazah sang raja. Beliau beruci lalu mempersembahkan upacara jenazah pada waktu bulan mati. Sesudahnya selesai sang baratha bermaksud mencari sang rama karena setia dan bhaktinya kepada kakaknya supaya ditiru oleh orang banyak.
5)      Bhuta Yadnya
 Lumekas ta sira mahoma,
Pretadi picasa raksasa minantra,
Bhuta kabeh inilagaken
Asing mamighna rikag yajna. (I.25)
Artinya : mulailah beliau melangsungkan upacara korban api. Roh jahat dan sebagainya,picasa raksasa dimentarai. Buta kala semuanya diusir, segala yang akan menggangu upacara korban itu