SAPTA KANDA RAMAYANA
Ramayana merupakan salah epos yang
menceritakan riwayat perjalanan Rama atau yang sering di kenal dengan gelar
Ramadewa, Rama sebagai tokoh utama dalam epos tersebut adalah salah satu
penjelmaan Dewa Wisnu yang di sebut sebagai Awatara Wisnu yang ke tujuh. Kitab
Ramayana ditulis oleh maharsi walmiki yang diperkirakan selesai ditulis tahun
500 SM. Di duga ceritanya telah popular 3100 SM. Oleh karena ceritanya yang
sangat menarik, penuh idealisme, pendidikan moral dan kepahlawanan serta
dibawakan dengan gaya Bahasa yang baik, menyebabkan Ramayana menjadi sebuah
epos yang banyak dipelajari diseluruh dunia, pengaruhnya tersebar hampir di
seluruh asia dan dipahatkan sebagai hiasan candi.
Keahlian Maharsi Walmiki adalah memahami
perasaan manusia secara mendalam, walaupun dalam penggambarannya beliau lebih
banyak mempergunakan ragam bahasa. Penggambaran social budaya, kondisi politik
dan pemerintahan pada masa itu sangat jelas kepada kita. Demikian pula
masalah-masalah yang umum dihadapi oleh manusia maupun oles suatu bangsa semua
itu digambarkan dalam Ramayana seolah-olah benar-benar hidup.
Di Indonesia Ramayana digubah
menjadi bentuk kekawin yang ditulis dengan bahasaa
jawa kuna yang disusun oleh Mpu Yogiswara. Kekawin Ramayana merupakan salah satu karya sastra yang paling besar dan yang paling panjang dalam kesusastraan jawa kuna, kekawin Ramayana adalah jenis sastra yang telah mencapai kesempurnaan yang luar biasa, dengan memakai netrum yang tidak asli ( dari sansekerta) dengan bahan india, dengan norma-norma estetis yang juga berasal dari india, tetapi dikenalkan dan disesuaikan dengan sangat tepat pada Bahasa jawa kuna, dengan lingkungan jawa kuna pula.
jawa kuna yang disusun oleh Mpu Yogiswara. Kekawin Ramayana merupakan salah satu karya sastra yang paling besar dan yang paling panjang dalam kesusastraan jawa kuna, kekawin Ramayana adalah jenis sastra yang telah mencapai kesempurnaan yang luar biasa, dengan memakai netrum yang tidak asli ( dari sansekerta) dengan bahan india, dengan norma-norma estetis yang juga berasal dari india, tetapi dikenalkan dan disesuaikan dengan sangat tepat pada Bahasa jawa kuna, dengan lingkungan jawa kuna pula.
Ramayana terdiri dari tujuh kanda (Sapta
Kanda), yaitu:
1.
Bala kanda
2.
Ayodya kanda
3.
Aranyaka kanda
4.
Kiskinda kanda
5.
Sundara kanda
6.
Yudha kanda
7.
Uttara kanda
SYNOPSIS DARI SAPTA KANDA RAMAYANA
1. Bala Kanda
Menceritakan
negeri Kosala dengan ibukotanya Ayodhya yang diperintah oleh raja Desarata. Ia
memiliki tiga orang istri namun beliau belum memiliki anak, setelah melakukan
suatu upacara yadna, enam musim kemudian lahirlah putra-putra raja Desarata,
istri pertama Dewi Kausalya melahirkan Ramadewa sebagai anak tertua, Dewi
Kekayi melahirkan Bharata sebagai anak kedua dan Dewi Sumitra melahirkan putra
kembar bernama Laksmana dan Satrugna. Pada saat remaja Rama dan Laksmana membantu
Rsi Wiswamitra dalam mengusir para raksasa yang mengganggu pertapaan dan
selanjutnya Rama mengikuti swyamwara dan berhasil mempersunting Sita putri raja
Janaka sebagai istrinya.
2. Ayodya Kanda
Menceritakan
tentang Rama yang akan diangkat
jadi raja baru Ayodya, menggantikan ayahnya yang sudah tua. Dasarata
diceritakan sangat mencintai Rama, sehingga ia tidak akan bisa hidup tanpa
anaknya itu. Namun rencana penobatan rama batal karena Dewi Kekayi atas asutan
Mantara menagih dua janji yang pernah diberikan oleh raja Dasarata, janji
pertama, agar Bharatalah yang dinobatkan menjadi raja di Ayodhya dan yang kedua
ialah mengasingkan Rama ke hutan selama 14 tahun.
Rama
yang berbhakti kepada ayahnya pergi memohon ijin kepada ibunya Dewi Kausalya
untuk hidup dihutan selama 14 tahun dengan diiringi oleh istrinya Sita dan
adiknya Laksmana. Baru Rama memulai hidup di hutan raja Dasarata sakit keras
dan akhirnya meninggal. Bharata yang marah dengan perbuatan ibunya kemudian
pergi ke hutan untuk mencari kakaknya dan mengajaknya pulang ke Ayodhya namun
permintaan adiknya di tolak oleh rama namun sebagai gantinya dibawalah trompah
milik Rama sebagai ganti ia memerintah di Ayodhya.
3. Aranyaka Kanda
Menceritakan
keadaan Rama, Sita dan Laksmana di hutan yang berkali-kali membantu pertapa
dari serangan para raksasa. Ada seorang raksasi bernama Surpanaka, yang
menginginkan Rama dan Laksmana menjadi suaminya. Akibatnya, hidung dan telinga
Surpanaka dipotong oleh Laksmana. Dengan menahan sakit dan malu, Surpanaka
mengadu kepada kakaknya, yaitu Rahwana yang menjadi raja raksasa di Alengka,
sambil membujuk agar Rahwana merebut Sita dari tangan Rama. Dengan bantuan
Marica yang mengubah diri menjadi kijang keemasan, Sita berhasil diculik
Rahwana dan dibawa ke Alengka. Burung Jatayu yang berusaha menghalangi
penculikan sita, tewas oleh senjata Rahwana. Sebelum menghembuskan nafasnya
yang terakhir, Jatayu masih sempat mengabarkan nasib Sinta kepada Rama dan
Laksmana yang sedang mencarinya
4.
Kiskinda
Kanda
Menceritakan
bertemunya Rama dengan Sugriwa, seorang raja kera yang sedang bertikai dengan
saudaranya sendiri yang bernama Subali, Rama berjanji akan menyelesaikan
pertikaian antara keduanya dan sebaliknya Sugriwa agar membantu Rama dalam
misinya merebut kembali Sita dari tangan Rahwana. Akhirnya Kiskendha pun
digempur pada saat Sugriwa dan Subali bertempur, Rama memanah Subali dan
akhirnya Subali pun tewas. Sugriwa menjadi raja di Kiskindha dan menjadikan Anggada
putra Subali sebagai putra mahkota. Rama kemudian mengutus Hanoman untuk pergi
ke kerajaan Alengka untuk menyelidiki bagaimana keadaan Sita.
5.
Sundara
Kanda
Menceritakan
tentang keadaan Hanoman di kerajaan Alengka yang dapat bertemu dengan Sita dalam
keadaan yang selamat, awalnya Sita ragu dengan Hanoman namun setelah
diperlihatkan cincin yang diberikan oleh Rama, keraguan Sita pun menjadi sirna.
Hanoman menjelaskan bahwa Rama akan datang dan akan menyelamatkan Sita dari
ancaman Rahwana, setelah bertemu dengan Sita Hanoman ingin mengetahui seberapa
hebatnya Rahwana maka dari itu Hanoman membuat onar di kerajaan Alengka, namun
aksi Hanoman dapat dihentikan oleh putra Rahwana yang bernama Indrajit dengan
senjata saktinya. Hanoman diikat dengan erat dan dipukul dengan berbagai
senjata namun tidak ada pengaruhnya terhadap Hanoman, kemudian ekor Hanoman dibakar,
setelah nyala api di ekor Hanoman menjadi besar hanoman pun meloncat ke
rumah-rumah di keajaan Alengka sehingga sebagian wilayah kerajaan Alengka
terbakar habis. Hanoman pun kembali dan melaporkan keadaan alengka kepada Rama.
6.
Yuddha Kanda
Rama, Laksmana, dan Sugriwa mulai menyusun kekuatan di
Kiskenda. Pasukan Sugriwa dikerahkan untuk membantu Rama membawa kembali Sita.
Sementara itu, Rawana sedang cemas di Alengka. Ibu kotanya rusak parah karena
ulah Hanuman. Alengka adalah kota yang tak tertembus sebelumnya, kedatangan
Hanuman sendiri sudah merupakan sesuatu yang luar biasa, ditambah lagi ia mampu
memporakporandakan ibukota Alengka, seorang diri. Rawana mengumpulkan orang
kepercayaannya dan memulai menyusun strategi untuk mengalahkan Rama. Ia meminta
pendapat mereka tentang apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengalahkan Rama
yang sedang menyiapkan penyerbuan ke Alengka.
Wibisana adik bungsu Rahwana yang mengingatkan perbuatan
kakaknya yang buruk , namun Rahwana menjadi marah dan diusirlah Wibisana oleh Rahwana
dan akhirnya Wibisana bergabung dengan pasukan Rama. Rama yang masih berkemah
di dekat lautan melakukan pemujaan Kehadapan Dewa Baruna sebagai penguasa
lautan agar membantunya dalam menyebrangkan tentara keranya ke kerajaan
Alengka, dengan anugrah dari Dewa Baruna sebuah jembatan yang kokohpun dapat
dibangun jembatan itu akhirnya di sebut denga jembatan Situbanda. Dengan
selesainya jembatan tersebut Rama beserta tentara kera dapat menyeberangi
lautan menuju kerajaan Alengka.
Akhirnya pertempuranpun pecah antara kubu Rahwana dan Rama,
dalam peertempuran anak kebanggaan Rahwana, Indrajit tewas, Rahwanapun sangat
bersedih oleh karena itu ia membangunkan adiknya yang bernama Kumbakarna, awalnya
Kumbakarna tidak mau berperang namun untuk membela tanah airnya Kumbakarna pun
menuju ke medan perang dengan gagah berani namun akhirnya Kumbakarnapun tewas.
Rahwana begitu bersedih dengan kematian adiknya, lalu
iapun menuju medan perang dan membunuh banyak pasukan Rama, Rama bersiap
bertempur dengan Rahwana pertempuran itu berlangsung dengan sengit dan akhirnya
Rahwanapun dapat dibunuh oleh rama.
Setelah pertempuuran usai adik rahwana, Wibhisana dinobatkan menjadi raja di
kerajaan Alengka dan Sita bertemu kembali dengan Rama.
Rama yang meragukan kesucian istrinya yang
telah lama tinggal di kerajaan Alengka, Sita menjadi sangat sedih, untuk
membuktikan kesuciannya kemudian Ia menyuruh Laksmana untuk menyusun kayu dan
membakarnya. Sita masuk ke dalam api dan berujar kepada Dewa Agni, bahwa jika
ia memang suci, maka Dewa Agni akan melindunginya. Ternyata, Sita selamat tanpa
suatu cedera apapun.
Rama menyambut Sita dengan penuh sukacita. Ia
mengungkapkan kepada Sita bahwa ia terpaksa melakukan tes terhadap kesucian
Sita, karena Sita telah begitu lama tinggal bersama Rawana. Jika Rama menerima
Sita begitu saja, orang-orang akan menganggap Rama sebagai orang yang dipenuhi
nafsu birahi. Padahal ia adalah seorang anak Raja dan paham darma. Akhirnya,
Sita dan Rama bisa dipersatukan kembali dan pulang ke Ayodya dengan selamat
7.
Uttara Kanda
Menceritakan tentang Penduduk Ayodya yang mengagumi
kekuatan dan keperkasaan Rama yang sanggup mengalahkan kawanan raksasa di
Alengka. Ia juga berhasil mengembalikan istrinya yang diculik Rawana. Akan tetapi,
mereka merasa heran kenapa Rama mau menerima kembali Sita yang sudah begitu
lama ditahan di Alengka. Sita tidak mungkin masih suci dan tidak ternoda oleh
raksasa-raksasa itu. Rama yang mendengar bahwa rakyatnya bergunjing soal Sita,
terkejut bukan main. Ia mengumpulkan saudara-saudaranya dan menceritakan isi
hatinya yang sedih dan kecewa atas penilaian rakyatnya. Akhirnya unuk
memberikan contoh yang baik kepad rakyatnya Sita pun di usir dan akhirnya sita
menetap di pasraman Maharsi Walmiki dan di sanapula Sita melahirkan dua anak
kembar yang selanjutnya diberi nama Kusa dan Lawa, oleh Maharsi Walmiki Kusa dan
Lawa diajari ilmu-ilmu dan pengetahuan.
Pada saat Rama mengadakan upacara Aswameda,
Kusa dan Lawa hadir di istana dan menyanyikan kisah Ramayana gubahan Maharsi
Walmiki. Segera rama mengetahui, bahwa kedua anak tersebut adalah anak
kandungnya sendiri. maka dipanggillah Maharsi Walmiki untuk menghantarkan
kembali Sita ke istana.
Setibanya di istana Sita bersumpah, janganlah
hendaknya raganya diterima bumi seandainya ia memang tidak suci, seketika itu
pula bumi terbelah dan muncullah Dewi Pertiwi dengan singasana emas yang
didukung oleh ular-ular naga. Sita di peluknya dan dibawanya lenyap ke dalam
bumi, Rama sangat menyesal ia pun menyerahkan mahkotanya kepada kedua anaknya
dan kembalilah ia ke nirwana sebagai Wisnu.
NILAI PANCA YADNA YANG TERKANDUNG DALAM
RAMAYANA
1)
Dewa Yadnya
Gunamanta Sang Dasaratha
Wruh Sira Ring Weda
Bhakti ring Dewa Tarmalupeng Pitra Puja
Masih Ta Sireng Swagotra kabeh
(I.3)
Artinya
: sangat bijaksanalah beliau Sang Dasaratha beliau tahu tentang pengetahuan
suci Weda bhakti kepada para Dewa, dan tidak pernah lupa pemujaan terhadap
leluhur demikian pula kasih sayang sesama makhluk dan keluarganya.
2)
Rsi Yadnya
Semuku patapan mahamuni,
Hana mighnekana yajna sang rsi
Resi satru ya melik ing wiku
Ya pinatyan [n] ira tan pasesa
(IV.46)
Artinya
: merusak petapaan sang maharesi. Ada yang menggangu upacara korban sang resi.
Mereka musuh sang resi yang benci kepada sang wiku. Mereka itulah yang dibunuh
oleh beliau tanpa sisa.
Suka sang resi nirbhayeng alas,
ri kadibyan nirang aryya raghawa,
ya matangnya sayogya yan siwin
kita bhagyan yadiyat pare sira.
(IV.47)
Artinya
:sang resi senang taka da bahaya dihutan. Karena kemuliaan beliau sang arya
rama. Itulah sebabnya sudah seyogyanya beliau dijunjung. Anda akan bahagia jika
anda pergi menghadap beliau
3)
Manusa Yadnya
Na ling nirometu ta sang wara
rajakanya,
Pahyas huwus hana kabeh
masekarsugandha,
Mangso manembah I sirangnaranatha
kalih,
Lawan sirangnrepatiputra
suramabhadra (II.64)
Artinya
:dengan kata baginda keluarlahputri raja cantik jelita. Sudah selesai berhias
dengan sempurna bersunting kembang yang harum. Datang menyembah kepada sang
prabu keduanya. Dan juga putra Ramabadra
Sampun manembah adulursira karwa
munggah,
Ngkaneng umah parawangan pada
harsacitta,
Merang-[ng] irang hana girang nira
yan pasanding
Tan yogya yan wuwus aweh paturu
nira ngka (II.65)
Artinya
:sesudahnya menyembah bersama-sama beliau berdua naik. Disana di pelaminan
kedua-duanya bersenang hati.Agak malu-malu tetapi sesungguhnya merasa senang
waktu berdampingan. Tidak baik kalau diceritakan tentang tidur beliau di sana.
4)
Pitra Yadnya
Sinantwa sira de nikang bala kabeh
lawan sang ibu,
Hilang lara niralilang hati maho
maluy nirmala,
Apan prakerti jati ning dadi kabeh
matungtung pati
Ya tekan inangen-angennira hilang
ta kingking nira. (II.31)
Artinya
: beliau diingkan oleh hamba sahaya beliau semua dan juga oleh ibunya. Lenyap
duka citanya terang pikiran beliau bersih kembali suci.Karena sifat kelahiran
ini semuanya berakhir dengan kematian.Itulah diingatnya sehinggahilang lah
sedihnya.
Kinon ira ta sang baladhika tumunwa
sang bhupati,
Masoca ta maweh tilem sira rikang
tilem ning wulan
Samapta maharep ta sang bharata
meta sang raghawa
Ri satya nira bhakti ring kaka
tirun nikang rat kabeh (II.32)
Artinya
: rakyatnya yang terkemukaka disuru mebakar jenazah sang raja. Beliau beruci
lalu mempersembahkan upacara jenazah pada waktu bulan mati. Sesudahnya selesai
sang baratha bermaksud mencari sang rama karena setia dan bhaktinya kepada
kakaknya supaya ditiru oleh orang banyak.
5)
Bhuta Yadnya
Lumekas ta sira mahoma,
Pretadi picasa raksasa minantra,
Bhuta kabeh inilagaken
Asing mamighna rikag yajna. (I.25)
Artinya
: mulailah beliau melangsungkan upacara korban api. Roh jahat dan
sebagainya,picasa raksasa dimentarai. Buta kala semuanya diusir, segala yang
akan menggangu upacara korban itu