Monday 20 April 2015

Pura Luhur Gria Taman Sari


            Pulau Bali yang dikenal oleh dunia sebagai pulau seribu pura, sebutan itu tidaklah berlebihan karena pada pulau Bali terdapatnya banyak pura, baik pura besar ataupun pura kecil yang tersebar diseluruh wilayah Bali mulai dari pesisir pantai sampai pegunungan terdapat pura sebagai tempat memuja kemahakuasaan Ida Hyang Widhi Wasa Wasa. Terdapatnya banyak pura juga memberikan dampak menambah keindahan pulau Bali karena memiliki charisma dan daya tarik spiritual, hal ini disebabkan hampir setiap hari umat Hindu mempesembahkan yadnya kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, hal ini secara tidak langsung akan menambah kesan magis yang sangat spiritual sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke Bali dan kagum akan keindahan budaya Bali yang dibalut dengan system keagamaan Hindu yang kental.
            Sebagaimana yang disebutkan diatas pulau Bali memiliki ribuan pura yang tersebar diseluruh wilayah pulau Bali pura yang jumlahnya ribuan ini dibagi menjadi beberapa golongan, karena pada kenyataannya tidak semua pura merupakan tempat pemujaan bagi setiap orang, yang kemungkinan pura tersebut merupakan tempat pemujaan sekelompok orang/masyarakat yang menganggap dirinya tunggal sesuhunan/ penyungsungan (Soekomo : 1974 ; 310-311).
            Berdasarkan maasyarakat penyungsung pura di Bali pura daapat di klasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu :
1.      Pura Kawitan yaitu pura tempat pemujaan yang berdasarkan wit/asal karena faktor geneologis, misalnya : Sanggah/ Merajan, Dadya, Pura Ibu, Kawitan.
2.      Pura Swagina yaitu pura yang pemujaannya berkaitan dengan olah profesi yang sama dalam satu sistem mata pencaharian, misalnya : Pura Melanting, Pura Subak/Dugul
3.      Pura Kahyangan Tiga yaitu pura yang terdapat pada masing-masing desa pakraman yang penyungsungnya adalah warga masyarakat yang ada di wilayah desa pekraman tersebut, pura yang termasuk pura kahyangan tiga adalah : pura desa sebagai tempat memuja manifrestasi Ida Hyang Widhi Wasa sebagai Dewa Brahma, pura puseh sebagai tempat memuja manifrestasi Ida Hyang Widhi Wasa sebagai Dewa Wisnu dan pura dalem sebagai tempat memuja manifrestasi Ida Hyang Widhi Wasa sebagai Dewa Siwa.
4.      Pura Kahyangan Jagat yaitu pura umum sebagai tempat memuja Ida Hyang Widhi Wasa dalam segala manifrestasi-NYA.
Dari klasifikasi tersebut salah satu pura yang tergolong pura kahyangan jagat adalah Pura Luhur Gria Taman Sari yang terletak di banjar Apit yeh, desa bangli, kecamatan baturiti, kabupaten tabanan, Bali. Kendati Pura Luhur Gria Taman Sari tidak sepopuler kahyangan-kahyangan jagat agung seperti : Pura Lempuyang, Pura Besakih, Pura Batur, Pura Lempuyang dll, namun Pura Luhur Gria Taman Sari memiliki daya tarik spiritual dan keindahan alam pedesaan yang masih asri.
1
2.1  Karakteristik  Pura Luhur Gria Taman Sari

a.       Letak geografis Pura Luhur Gria Taman Sari
Pura Luhur Gria Taman Sari terletak di sebelah barat laut Dusun Apit yeh, Desa Bangli Kecamatan Baturiti, KabupatenTabanan – Bali. Pura tersebut tepat berada disebelah selatan Pura Pucak Padang Dawa yang berjarak kurang lebih 150 meter. Lingkungan alam sekitar pura berupa sawah dan ladang/lahan kering, sungai dan nampak dengan jelas barisan bukit yang menambah indahnya pemandangan di Pura Luhur Gria Taman Sari. Suasana pedesaan yang sangat kental terasa saat di pagi hari disaat dimana masyarakat banjar Apit yeh yang sebagian besar berprofesi sebagai petani berangkat ke sawah ataupun ke ladang, masyarakat menjalani kehidupan bertani bukan hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup namun juga sebagai menjalankan swadharmanya sebagai manusia yang sangat berperan dalam menentukan hidup dan matinya bangsa ini. Kawassan di sekitar Pura Luhur Gria Taman Sari sangatlah subur dengan pengairan yg cukup setiap tahunnya sehingga cocok untuk sector pertanian dan perternakan terdapatnya bebatuan vulkanik yang muncul kepermukaan tanah, yang secara geografi menunjukan pertanda alam pegunungan, dimana bagi masyarakat Bali gunung dipandang sebagai tempat yang suci, sehingga menjadikan kesucian Pura Luhur Gria Taman Sari tetap terjaga.
Secara umum pura-pura yang terdapat di Bali berorientasi kearah utara (kaja) “gunung” atau berorientasi kearah matahari terbit, dimana Pura Luhur Gria Taman Sari orientasi prosesinya kearah utara yaitu pada bukit pucak padang dawa, yang mana Pura Luhur Gria Taman Sari menghadap ke selatan sebagai arah teben, sehingga tatanan normatif memasuki pura secara prosesi dilakukan dari arah selatan menuju arah hulu dibagian utara.

b.      Tofografi Pura Luhur Gria Taman Sari
Jika ditilik dari tofografinya Pura Luhur Gria Taman Sari yang letaknya berada pada daerah pegunungan memiliki hawa yang sejuk, dimana angin setiap hari berhembus sepoi-sepoi menambah keindahan alam disekitarnya, rata-rata suhu udara diwilayah Pura Luhur Gria Taman Sari berkisar antara 20ᵒC sampai 26ᵒC. lingkungan yang sejuk pada wilayah sekitar Pura Luhur Gria Taman Sari sangat mendukung terlaksananya fungsi ritual keagamaan. Berdasarkan pengamtan penulis, hampir sepanjang tahun matahari bersinardengan cerahnya membelah kabut pegunungan, walaupun peluang terjadinya hujan cukup besar, pujawali di Pura Luhur Gria Taman Sari berdasarkan pada wuku yaitu pada wuku sukra kliwon tolu, yaitu 210 hari sekali, namun sesuai dresta atau sima krama setempat, pujawali agung dilaksankan setiap setahun sekali. Karena pujawali berdasarkan wuku maka pujawali Pura Luhur Gria Taman Sari jatuh pada musim kemarau atau musim penghujan.
c.       Hidrologi di Pura Luhur Gria Taman Sari
Pura Luhur Gria Taman Sari yang dilatar belakangi oleh alam pegunungan, dimana di sekitar Pura Luhur Gria Taman Sari terdapat beberapa sumber mata air dan sungai yang setiap tahunnya tak henti-hentinya mengalir dengan debit air airnya tergolong sedang, sehingga kebutuhan air untuk ritual keagamaan ataupun keperluan sehari-hari masyarakat di sekitar pura tetap terpenuhi dengan baik. Sekitar 200 meter kearah barat laut terdapat pura taman beji, yang dimana terdapat sumber mata air yang masih sangat terjaga dan dimanfaatkan untuk keperluuan spiritual, seperti tempat tapakan Ida Bhatara masucian dan kebutuhan akan tirtha/ air suci, pada hari-hari tertentu banyak para bhakta menyempatkan diri untuk melukat di pura taman beji ini.


d.      Konsep penataan di Pura Luhur Gria Taman Sari
Seperti halnya kebanyakan pura di Bali konsep penataan  Pura Luhur Gria Taman Sari mengambil konsep Tri Mandala dengan strata ruangnya seperti jeroan, jaba tengah dan jaba sisi. Terdapat suatu keunikan yang terdapat di jaba tengah (madya mandala) dimana disini terdapat sebuah bangunan pelinggih yang menyerupai bale paruman, disini terdapat dua buah arca yan berbentuk pendeta siwa-buddha dengan sikap duduk dan muput upacara di bale ini juga dilinggihkan perlengkapan siwa krana dan perlengkapan lainnya yang berhubungan dengan siwa krana tersebut, selain dua buah arca dan perlengkapan siwa karana tersebut di  Pura Luhur Gria Taman Sari juga terdapat pewayangan Ida Bhatara berupa tapakan gambuh yang menceritakan tantri. Dalam konsep penataan untuk menjaga kesucian dan kesakralan dari Pura Luhur Gria Taman Sari maka hendaknya tidak melupakan konsep Tri Hita Karana yang meliputi kawasan suci, tempat tinggal dan lahan di bidang usaha tani haru dijaga dengan pemikiran yang positif yang berlandaskan keselarasan yang saling menunjang dan mendukung, sehingga dapat menimbulkan suatu keharmonisan tata ruang yang dapat menyejukan spiritual para bhakta.
e.       Sejarah singkat Pura Luhur Gria Taman Sari
Berdasarkan informasi dari jro mangku Pura Luhur Gria Taman Sari, pura ini memiliki hubungan yang sangat erat secara niskala dengan pura luhur pucak sangkur. Dalam babadnya dijelaskan bahwa Pura Luhur Gria Taman Sari dulunya merupakan pasraman dari ida resi sagening yang kemudian beliau moksa di pura luhur puncak sangkur. Selanjutnya ida resi sagening berstana di Pura Luhur Gria Taman Sari dan berperan sebagai nabe dari para maha rsi di niskala. Berdasarkan babad Pura Luhur Gria Taman Sari terdapat silsilah dari Ida Bhatara rsi sagening,  sebagai berikut:
Ida Bhatara Rsi Sagening, berstana di Pura Luhur Gria Taman Sari, moksa di Pura Luhur Puncak Sangkur

Ida Bhatara Rsi Sagening beristri dua orang :
Ø  Istri pertama bergelar Ida Betari Ratu Ayu Jerakmelinggih  ring  Pura Luhur Griya Taman Sari, moksa ring  Pura Dalem Imba Sanur

Ø  istri  yang kedua bergelar Ida Betari Ratu Ayu Lina, melinggih ring  Pura Luhur Griya Taman Sari, moksa ring  Pura Batu Bolong Canggu Badung

Ida Bhatara Rsi Sagening memiliki rai / adik yang bergelar Ida Betara Ratu Sakti yang melinggih ring  Pura  Pucak Mundi, moksa ring  Pura Pucak Mundi.

Ida Betara Ratu Sakti meperabian sareng Ida Betari Ratu Ayu Mas Mecaling yang melinggih ring  Pura Dalem Ped, moksa ring  Pura Dalem Ped

Ida Betara Ratu Sakti yang meperabian sareng Ida Betari Ratu Ayu Mas Mecaling, memiliki Putra Kembar Buncing yaitu :

Ø  Putri pertama bergelar Ida Betari Ratu Ayu Mas Meketel yang melinggih ring  Pura Pucak Kembar, moksa ring  Pura Pucak Kembar

Ø  Putra kekalih bergelar Ida Betara Ratu Made Sakti Rengreng yang melinggih ring  Pura Pucak Padang Dawa, moksa ring  Jaba Tengah Pura Pucak Padang Dawa

Ida Betara Ratu Made Sakti Rengreng meperabian sareng :

Ø  Istri pertame bergelar Ida Betari Istri Ayu Anom yang melinggih ring Pura Pucak Padang Dawa moksa ring Pura luhur Pucak  Padang Dawa

Ø  Istri kedua  bergelar Ida Betari Ratu Ayu Mas Meketel yang melinggih ring
  Pucak Kembar, moksa ring  Pura Pucak Kembar

Ida Betara Ratu Made Sakti Rengreng  yang meperabian sareng Ida Betari Ratu Istri Anom , memiliki Putra yaitu :

Ø  Putra Pertama bergelar IDA RATU WAYAN SAKTI yang melinggih ring  Pura Pucak Padang Dawa, moksa ring  Pura Pucak Padang Dawa
Ø  Putri Kekalih bergelar IDA RATU AYU MANIK GALIH yang melinggih ring  Pura Pucak Tegal Baas, moksa ring  Jaba Tengah Pura Pucak Padang Dawa.

Ida Betara Ratu Made Sakti Rengreng  yang meperabian sareng IDA BETARI Ratu Ayu Mas Meketel, memiliki putra yaitu :
·         Putra pertama bergelar Ida Betara Ratu Sakti Kembar yang melinggih ring  Pura Pucak Kembar, moksa ring  Pura Pucak Kembar
·         Putri kekalih  bergelar  Ida Betari Ratu Ayu Langgua yang meperabian ring Senganan.

2.2  Pemeliharaan dan upacara di Pura Luhur Gria Taman Sari

a.       Pemeliharaan
Sebagaimana layaknya pura-pura yang ada di Bali khususnya pura yang berstatus kahyangan jagat, memiliki krama pemaksan/pengempon yang merupakan kumpulan warga masyarakat/komonitas yang bertanggung jawab secara langsung tentang keberadaan pura. Krama pengempon memiliki tanggung jawab melaksanakan swadharmanya seperti ngupahayu dan menjaga kelestariaannya. Selain bertanggung jawab secara fisik, krama pengempon juga bertanggung jawab atas tatanan pelaksanaan upacara pada hari-hari tertentusesuai dengan subhadewasa yang telah ditentukan menurut sastra agama. Pura Luhur Gria Taman Sari yang terletak di banjar Apit yeh, diempon oleh 23 kepala keluarga.
Warga pengempon tersebut bertanggung jawab secara langsung terhadap keutuhan dan kelestarian Pura Luhur Gria Taman Sari, termasuk menghaturkan upacara pengaci setiap pujawali, purnama, tilem dan rerahinan lainnnya. Pemeliharaan secara fisik haruslah selaras dengan pemeliharaan secara spiritual agar sesuai dengan tuntunan ajaran agama yang tertuang dalam tattwa agama, dimana wilayah suci patut di upacarai sebagaimana lazimnya pada kebanyakan pura-pura di Bali. Pemeliharaan fisik selain bersumber dari pengempon Pura Luhur Gria Taman Sari, juga berasal dari para bhakta yang secara tulus iklas menghaturkan dana punia ataupun ngayah saat pujawali.
b.      Upacara
Setiap pelaksanaan yadnya di Bali tidak lepas dari penggunaan banten sebagai sadhnanya, yang mana sedhana bhakti selalu memiliki rangjaian upakara yang disebut dengan upacara, sehingga upacara merupakan suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan yadnya di Bali.  Ida Bhatara Rsi Sagening yang berstana di Pura Luhur Griya Taman Sari merupakan Bagawanta ring  Pura Pucak Padang Dawa. Beliau berperan sebagai pemuput Ucapara Dewa Yadnya, Manusia Yadnya dan Pitra Yadnya skala maupun niskala, serta beliau juga merupakan nabe  para maha rsi ring  niskala. Setiap Tapakan / Barong yang nunas pasupati ring   Pura Pucak Padang Dawa harus pedek tangkil ring  Pura Luhur Griya Taman Sari sebagai  pemuput upacara Pasupati.
 Pelaksanaan yadnya di Pura Luhur Gria Taman Sari dilaksanakan setiap 6 bulan atau 210 hari, pada saat pujawali yang jatuh pada sukra kliwon wuku tolu, dimana sesuai dresta yang berlaku di daerah setempat pujawali agung dilaksanakan setiap 1 tahun sekali. Terdapat rangkaian upacara saat menyongsong pujawali agung, yaitu :
1.      Nangiang Ida Bhatara Pura Luhur Gria Taman Sari
Dalam proses nangiang ini, pralingga Ida Bhatara Pura Luhur Gria Taman Sari dilinggihkan dari gedong pengoleman ke bale paruman, biasanya prosesi nangiang dilaksanakan pada malam hari.
2.      Tedhun mesucian
Pada prosesi ini tapakan Ida Bhatara Pura Luhur Gria Taman Sari mesucian ke pura taman beji disertai oleh prasanak Ida Bhatara Pura Luhur Gria Taman Sari yang di sungsung oleh beberapa desa, yakni Ida Bhatara ring kekeran manik gunung, Ida Bhatara ring tegeh, Ida Bhatara ring pucak peninjoan, tampak karang, Ida Bhatara ring perean dan Ida Bhatara ring beringkit belayu.
3.      Rauh mesucian
Setelah pralingga Ida Bhatara rauh mesucian dari pura taman beji. Pralingga Ida Bhatara Pura Luhur Gria Taman Sari kemBali dilinggihkan di paruman agung sedangkan prasanak Ida Bhatara Pura Luhur Gria Taman Sari dilinggihkan di bale panjang.
4.      Puncak pujawali
Puncak pujawali Pura Luhur Gria Taman Sari jatuh pada sukra kliwon wuku tolu. Pada saat pujawali agung banyak para bhakta yang melakukan persembahyangan. Tidak jarang para bhakta yang sembahyang di Pura Luhur Gria Taman Sari untuk nunas taksu, baik itu taksu dalam bidang kesenian maupun taksu kewisesan, oleh sebab itu pada saat pujawali banyak para seniman ataupun pejabat-pejabat yang sembahyang di pura ini.
5.      Penyineban
Upacara penyineban biasanya dilaksanakan pada malam hari pada pukul 00.00 wita (tengah malam). Pralingga Ida Bhatara yang semula dilinggihkan di paruman agung kemBali di linggihkan di gedong pengoleman.
2.3  fungsi filosofi dan pendidikan Pura Luhur Gria Taman Sari.
Berdasarkan fungsinya pura yang terdapat di Bali dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:
1.      pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja sang hyang widhi wasa dengan berbagai manifrestasinya
2.      pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja roh suci leluhur yang masa silamnya memiliki jasa dalam perkembangan agama.
3.      Pura yang memiliki fungsi ganda, disamping sebagai tempat memuja  Ida Hyang Widhi Wasa dengan berbagai manifrestasinya juga sebagai tempat untuk memuja roh suci leluhur
    2.3.1 fungsi filosofi Pura Luhur Gria Taman Sari
Jika kita menilik pada Pura Luhur Gria Taman Sari terdapat fungsi filosofi yaitu sebagai tempat untuk memuja kebesaran Ida Hyang Widhi Wasa wasa beserta segala manifrestasi beliau. Letak pura yang berdekatan dengan sumber mata air berfungsi untuk mengingatkan manusia agar selalu menjaga kelestarian mata air, karena air merupakan unsur terpenting dalam kehidupan ini tampa adanya air maka tidak akan ada kehidupan di muka bumi ini. Pada saat pujawali di Pura Luhur Gria Taman Sari para prasanak Ida Bhatara Pura Luhur Gria Taman Sari yang disungsung oleh beberapa desa pekraman rauh dan bersama-sama menghaturkan sujud bhakti kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa, selain menjalankan swadharmanya sebagai manusia, hal ini juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk menjalin persaudaraan (menyama braya) antar desa pekraman sehingga dapat terjalin suatu hubungan yang harmonis dan menghindari adanya pertikaian antar desa pekraman
2.3.2 fungsi pendidikan Pura Luhur Gria Taman Sari
Pura Luhur Gria Taman Sari tidak hanya berfungsi sebagai tempat memuja kebesaran Ida Hyang Widhi Wasa beserta manifrestasi beliau namun terdapat pula fungsi pendidikan didalamnya salah satunya adalah mendidik para bhakta agar mempunyai pikiran yang suci dan menghilangkan segala bentuk keduniawian baik itu kekayaan, kepandaian, kebangsawanan ataupun rupa yang cantik ataupun tampan semua itu sama dihadapan Ida Hyang Widhi Wasa yang membedakan hanyalah karma dan ketulusan hati dalam memuja beliau. Pada saat melakukan persembahyangan para bhakta duduk bersama-sama dan saling berdampingan, ini mengajarkan kita nilai susila yang sangat tinggi yaitu tat twam asi, sehingga dapat melatih mengendalikan ego dan lebih bersabar dalam menghadapi segala permasalahan di dunia ini.
Pura Luhur Gria Taman Sari yang merupakan bhagawanta di Pura Pucak Padang Dawa berfungsi sebagai memuput segala upacara yadna dan juga pemberi anugrah berupa taksu, khususnya pada aspek kesenian baik itu tabuh, tari-tarian ataupun kesenian lainnya. Sehingga para bhakta akan terlatih sikap dalam menghargai suatu karya seni dan memiliki suatu rasa estetika yang tinggi, hal ini terjadi dikarenakan para seniman Hindu mempunyai pandangan bahwa seni adalah persembahan kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa maka para seniaman akan mewujudkan seni tersebut semaksimal mungkin. Agama Hindu menjiwai segala bentuk kesenian yang berkembang di Bali sehingga untuk mewujudkan bhakti kehadapan sang pencipta pada saat odalan di Pura Luhur Gria Taman Sari banyak digelarnya pertunjukan kesenian mulai dari tari-tarian sampai pementasaan calonarang, hal ini secara tidak langsung dapat mengajari generasi muda untuk lebih mencintai seni dan budaya Bali khususnya kesenian yang sangat dibutuhkan dalam suatu upacara pujawali di Pura Luhur Gria Taman Sari, misalnya : mekekidung, tari-tarian yang bersifat sacral ataupun kesenian kerawitan. Untuk menjaga generasi penerus kesenian agar tidak punah, anak-anak mulai diajari menari dan menabuh saat usia dini hal ini tak terlepas dari tuntutan dalam upacara yang menyertakan kesenian dalam setiap ritual-ritualnya. Dalam aspek sosiokultural Pura Luhur Gria Taman Sari menjadi tempat untuk saling bertukar ilmu baik itu antara akademisi ataupun antara pemangku, sering terjadi suatu pembicaraan yang menyangkut soal agama Hindu yang dibicarakan oleh para pengayah dan pemangku disela-sela ritual keagamaan secara tidak langsung pembicaraan-pembicaraan ini menjadi tambahan ilmu tentang agama Hindu, karena walaupun letak pura yang berada di daerah pedesaan namun banyak pengayah di pura ini mempunyai pengalaman dan ilmu dibidang agama Hindu.

Pura Luhur Gria Taman Sari terletak di banjar Apit yeh, desa bangli, kecamatan baturiti kabupaten tabanan Bali. Memiliki letak geografis pegunungan dengan hamparan sawah dan ladang yang masih asri dan memiliki suhu udara yang relative sejuk dengan angin yang berhembus sepoi-sepoi, Pura Luhur Gria Taman Sari yang terletak di daerah pegunungan memiliki sumber mata air suci yang letaknya tak jauh dari lokasi pura, air dari mata air ini selain digunakan untuk keperuan upacara juga digunakan masarakat sekitar untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Berdasarkan konsep penataan seperti halnya pura-pura di Bali Pura Luhur Gria Taman Sari menggunakan konsep tri mandala, yaitu jaba sisi (nista mandala), jaba tengah (madya mandala) dan jeroan (uttama mandala). Pada jaba tengah (madya mandala) terdapat dua buah arca berbentuk pendeta siwa-buddha dan siwa karana beserta perlengkapan yang berhubngan dengan siwa karana tersebut yang dilinggihkan di bangunan pelinggih yang disebut bale kembar. Selain dua buah arca pendeta siwa- Buddha di Pura Luhur Gria Taman Sari juga terdapat pewayangan Ida Bhatara tapakan gambuh yang menceritakan tantri, yang dilinggihkan di bale pemereman di jeroan (uttama mandala). Pura Luhur Gria Taman Sari diempon oleh 23 kepala keluarga yang bertanggung jawab secara langsung tas upacara dan kelestarian Pura Luhur Gria Taman Sari. Pujawali Pura Luhur Gria Taman Sari jatuh pada sukra kliwon wuku tolu, setiap 210 hari atau enam bulan sekali, dimana berdasarkan dresta yang berlangsung di masyarakat setempat pada setiap tahunnya satu kali pujawali alit dan satu kali pujawali agung.